Kita sedang berada di kelas Marketing hanya ada 10 mahasiswa disini dari 14 mahasiswa yang terdaftar. Sedikit? iya jika diukur dari kelas manajemen secara keseluruhan, kelas marketing hanya sepersepuluhnya tetapi jika diukur dari angkatan tahun sebelumnya yang hanya 8 orang tentu ini tidak bisa dibilang sedikit bukan?
"Jadi, banyak hal yang menyebabkan mengapa customer membeli salah satunya adalah persepsi, persepsi customer akan produk tersebut, kamu akan sulit menjual produk berwarna hitam di negara yang banyak penduduknya berpersepsi bahwa hitam itu menandakan kemalangan. pake hitam banyak yang takut"
Kami tertawa mendengar kalimat terakhir Bu Ririn yang mirip dengan iklan "dan persepsi yang ada pada individu akan men-drive mereka untuk membentuk self concept, saya akan sangat keren dengan sepatu nike, saya dilihat berkelas dengan jam tangan swiss. Pada dasarnya individu akan membangun konsep tentang diri mereka sendiri, konsep yang mereka inginkan untuk orang lain lihat. Dan dalam dunia digital kalian pasti mengenal namanya avatar, sebuah identitas virtual..."
Indentitas virtual? konsep diri? Aku tak lagi mendengar kata-kata bu Ririn selanjutnya. Aku hanya sedang teringat dengan rumah ini. Ada sebuah konsep yang ingin kubangun dan itu mengarah pada persepsi terhadap diriku sendiri, diri yang ideal.
Aku ingin terlihat bijak dengan kata-kataku, berpikir apa makna dari apa yang terjadi, mengambil sisi positif dan mengamini segalanya dengan kata-kata baik tapi itu semua menjadi sangat menyusahkan ketika dibeberapa titik ku temukan diriku hanya ingin mengeluh saja, mengeluh apa saja tanpa harus berpikir tentang apa ini dan makna dibalik semuanya.
Dan itu artinya aku harus berpikir ulang mengenai konsep ideal.
