Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Maret 2014

Perjalanan Hati - Permulaan Cerita

Hai, 

Sudah lama rasanya aku berjalan-jalan sendiri tanpa bercerita denganmu, bukan tak ingin berbagi hanya saja emm... seperti itulah ^.^ 

2014, mengawalinya dengan perjalanan hati. Aku pernah mengatakan pada diriku bahwa perjalanan luar negeriku yang pertama haruslah ke Mekah, Tanah Haram, tak mau ke tempat yang lain. Dan Alhamdulillah itu terlaksana.

Berawal dari perbincangan kami tentang Allah SWT, tawaran ini terucap dari mulutku "umroh yuk?" dan dia yang ku kenal dengan baik, Kak Okta, menjawabnya dengan mantap "ayo". Jawabannya mengagetkanku karena banyak orang yang akan menjawab dengan kalimat "belum siap" tapi dia berbeda dan itu melegakan.

Mulailah kami menghitung segala sesuatunya, mencari harga rata-rata umroh, berapa rupiah yang harus kami tabung setiap bulannya hingga menghitung waktu keberangkatan. Jika menghitung segalanya dengan kemampuan kami maka harusnya hari ini kami masih dalam tahap menabung.

Tapi ketetapan-Nya berbeda, perhitunganNya lebih cepat dari perhitungan kami. Lewat Budhe Kak Okta, kami diperkenalkan dengan Yayasan Miftahul Jannah dan First Travel. Ketika semua Travel Umroh/yayasan menawarkan harga diatas 18 Juta maka kami hanya membayar 11 Juta.

Banyak yang engga percaya, kami apalagi ketika mendengar angka itu pertama kali. Ketika semua orang meragukannya dengan prasangka yang engga berdasar seperti hotelnya jauh kali atau yang lebih parah, camping kali kamu disana dan sebagainya yang jelek-jelek, kami berbeda. Buat kami yang terpenting adalah mendapat tiket menjadi tamu Allah swt, titik. :)

bersambung...
cek in here :
http://firsttravel.co.id/



Kamis, 21 Februari 2013

Pagi, Beriringan

Motor kita beriringan pagi ini, kita bergerak kearah yang sama meski memiliki pemberhentian yang berbeda. Satu anak tangga lagi akan kau selesaikan ditahun ini adik tersayang.

Adik tersayang, aku berdoa semoga kau bisa menikmati setiap detik hidupmu, menjalani prosesnya tidak cukup haya dengan kata baik tapi juga bahagia. Mampu menghargai bukan hanya waktu tapi semua hal yang ada dalam hidupmu.

Adik tersayang, aku berdoa meminta pada Allah untuk selalu melindungi langkahmu, untuk tetap mengingatkanmu akan kelemahanmu agar kau tak melakukan kesalahan yang akan membuatmu menjauh dariNya.

Adik tersayang, aku ingin mengatakan padamu, kau memiliki kami, rumah tempatmu pulang, disini kamu bisa menceritakan segala rasa dan kau bisa meminta apa saja. Aku tau kau tau benar tentang ini, aku hanya ingin mengatakannya lagi padamu.


Sayang kamu.

Kamis, 10 Januari 2013

Kejujuran dan Ketulusan



Kejujuran dan ketulusan, kita memulainya dari sini. Ikatan ini menjadi semakin kuat  melewati batas ruang dan terkadang waktu. Tak percaya bahkan terasa aneh tapi toh kita tidak ada yang berputar arah. Terus berjalan berdampingan. Kemarahan tak pernah membuat kita beranjak, tangis dan lelah membuat kita semakin dekat. Kata pahit akhirnya kita hadapi dengan senyuman yang sama.

Balance



Itu kita, seimbang
Tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil
Itu memang sudah seharusnya

Senin, 18 Juli 2011

Ibrahim Attaullah Aydin Riza

Rasanya baru kemarin Ibu mu mengirimkan kabar gembira mengenaimu, yang ada di rahimnya Ibrahim Attaullah Aydin Riza, dan sekarang aku sudah dapat menyentuhmu dan mendengarkan tangisanmu.

Bagaimana rasanya Sayang mengembangkan paru-parumu dan menghirup oksigen pertamamu sendiri? Menakjubkan bukan? sama seperti aku melihatmu, mengikuti detik perkembanganmu, tak ada kata yang dapat kuucapkan kecuali Allah Maha Besar.

Selamat datang Sayang ditempat terindah yang ku sebut dengan kehidupan. Kau akan memiliki kisahmu sendiri, kisah yang menakjubkan tentunya jadi berikan yang terbaik dari yang kau punya.

love,
Mamoy.

Senin, 14 Maret 2011

Sista First Job

Melihat senyumnya dengan baju dominan biru menyadarkan ku bahwa dia sudah besar sekarang, bukan dalam bentuk fisik tapi besar untuk menerima tanggung jawab lebih dari seorang anak yang harus menyelesaikan tanggung jawabnya dalam belajar.


Kira-kira sebulan yang lalu Vio, adikku, meminta ijin untuk bekerja. Mangapa aku? yang notabene hanya Kakaknya? Ini adalah aturan dari Mama, kami kakak beradik bertanggung jawab atas satu sama lainnya. Kami semua berhak mengingatkan, memarahi bahkan melarang tidak peduli apakah itu kakak atau adik (tentunya dengan cara yang baik) dan untuk aktivitas diluar aktivitas utama meminta "ijin" itu wajib dilakukan, tak pernah ada pilihan lain selain menurut jika kata “tidak” menjadi jawabannya.

“mbak, aku kerja ya?”
“kerja? Ngapain kerja?”
“ya sudah kalo gak boleh, tambahin duit jajanku? Atau beli in hp baru?”
“apa? Hp? Aku ajah seumur-umur gak pernah beli hp, kamu tau sendiri itu!”
Vio diam dan melihatku. Banyak pertimbangan sebenarnya salah satunya, kalau ada apa-apa akulah yang pertama bakal kena marah oleh Mama dan Kakak bukan hanya kamu adikku sayang meski kamu yang bikin salah tapi sepertinya sudah saatnya kamu tau bagaimana susahnya mencari uang, agar kamu lebih menghargainya dan tidak marah jika keinginanmu untuk beli ini dan itu belum bisa terpenuhi

“hemm… oke, boleh dengan syarat tidak mengganggu jam kuliah, kamu boleh kerja hanya dihari libur, sekali nilaimu turun maka gak akan ada kerja lagi sebelum kamu lulus, kamu juga harus ingat kamu punya target waktu lulus seperti kami kakak-kakakmu dan kalau kamu melewati target itu kamu tau konsekuensinya kan? Bayar kuliahmu sendiri dan aku harus tau apa pekerjaanmu sebelum kamu benar-benar kerja” cerocosku. Dengan wajah malas karena mendengar banyak syarat vio menjawab iya

Dihari minggu, aku mengatar Mama keriting yang khawatir akan anak bungsunya ini, apa adek bisa kerja? Tanyanya tapi saat melihat bagaimana adek bekerja dia berbisik padaku “adekmu bisa kerja tuh lihat, waktu dia merayu pelanggan” aku mengangguk, ah andai Mama tau update statusnya.


Tapi bagaimanapun juga kamu membuat kami bangga dan kami hanya ingin kamu ingat setiap tahap dalam hidup itu menyenangkan, hari ini kamu menjadi tanggung jawab orantuamu, besok kamu bertanggung jawab terhadap dirimu sendiri dan nanti kamu akan bertanggung jawab terhadap orang lain selain dirimu. Setiap tahap akan memberikan cerita - certia yang menakjubkan. Percayalah sayang. Selamat menikmati perkerjaan paruh waktumu. ^-^

Love for you always.

Selasa, 22 Februari 2011

Batu Buntu dan Uno


14-15 Februari 2011

Aku melepas sepatuku, merasakan ubin yang dingin dikaki membuatku bergegas masuk villa dan merebahkan tubuh di sofa. Sedikit mengeluh karena tak kurasakan lagi bagian belakang tubuhku, kebas, uch… Jam 23.35 dari jam 19.30 itu artinya perjalanan ke Villa di Batu Malang yang harusnya 2,5 jam’an molor jadi 4 jam huft ini gila namanya, di atas motor kurang lebih 4 jam ckckc… pantas bagian belakangku tak terasa lagi.

Moli yang sudah datang lebih dahulu keluar dari kamar menghambur kearah ku dan Sekek. “Kangen” katanya dan ku jawab dengan “Mol, kopi dunk?”, Moli meliriku dengan pandangan yang bener saja!. Aku mengembangakan senyumku lalu membuat wajah memelas yang akhirnya membuatnya menyerah dan beranjak ke dapur. Aku tersenyum, Moli yang tak pernah berubah yang selalu menjaga orang-orang yang disayanginya dan sepertinya tak ada yang berubah dari kami.

Melihat Moli yang sibuk di dapur, Panda yang ngalor-ngidul gak tau ngapain, Sumsal dengan hpnya, Udast yang sibuk mencari acara bagus di TV, Bang Qe yang sibuk merenggankan pinggangnya, mendengar Sekek mengomel dan yang lainnya membawa kembali memori lama di Gramedia. Sumpah tak pernah terpikir olehku menjadi bagian dari mereka. Ini benar-benar jebakan batman ;P huehehe jebakan yang tak mungkin dilepas lebih karena aku menyukainya.

Buntu family, aku meyebutnya seperti itu karena kata buntu sering kami ucapkan, kumpulan orang-orang yang tak mengerti tentang hari esok, banyak masalah yang tidak bisa diselesaikan, perjalanan hidup sepertinya salalu menggiring ke jalan buntu hingga akhirnya gak tau lagi harus berbuat apa, buntu itu yang hampir selalu dirasakan. Tapi kebuntuan ini menjadi istimewa saat kami tau bahwa bukan haya kami sendiri yang merasakannya. Meski tak pernah ada kata-kata bijak yang terucap atau solusi yang bisa membuat kami keluar dari masalah tak mengapa karena kami tau kami akan selalu ada untuk satu dengan yang lainnya dan untuk hal ini aku hanya bisa menyalahkan nasib yang mengikatku dengan mereka ^-^.

Memang tidak dalam formasi lengkap dan tak melakukan kegiatan lain selain bermain uno tapi ini sudah lebih dari cukup buatku. Seperti kata orang “Bukan bagaimana kamu menghabiskan waktumu, tapi bersama siapa kamu menghabiskan waktumu”. Berbahagialah kamu yang dapat menghabisakan waktu bersama orang-orang yang kamu cintai dan mencintai kamu.

Love for you. Always.





Senin, 14 Februari 2011

Abdul Chair 14 Februari 2011

Yang kuingat darinya adalah kesabarannya menghadapi ujian yang diberikan Allah padanya. Memoriku hanya merekam sedikit, pekerjaannya yang berpindah-pindah dan pekerjaan ayah yang juga berpindah-pindah membuatku tak banyak mengenal keluarga besar termasuk dirinya. Yang ku tau pasti dalam silsilah keluarga dia adalah Paman, suami dari kakak ibuku.

Aku baru mengetahui keadaanya beberapa bulan terakhir ini, Bibi tak pernah bercerita apapun, ketidakinginan untuk menyusahkan keluarga membuatnya menutupi apa yang terjadi sebenarnya, secara kebetulan Kakak sepupu mengetahuinya dan akhirnya mengabarkan kepada seluruh keluarga besar tentang keadaan mereka. Sedih awalnya tapi bersedih saja tak akan menghasilkan apa-apa kecuali air mata. Pilihan yang terbaik adalah menguatkan hati agar dapat memberikan semangat padanya untuk melawan penyakit yang menggrogoti fungsi normal tubuhnya. Melakukan yang bisa dilakukan itulah yang terbaik.

Aku belajar darinya meski keadaan berkebalikan dengan yang kita harapkan tidaklah perlu kita habiskan waktu dengan mengeluh terlebih menghujat Allah atas anugerahNya, lakukan sesuatu atas anugrah itu cukup sesuatu dan berjuanglah sampai akhir, apalah takdir dan nasib itu jika kita diberi kekuatan untuk memilih. Jangan meyerah.

Dan pagi ini, saat adzan subuh berkumandang aku mengantarkan kepergiaannya dengan doa.

Ya Allah, Dia telah berjuang atas nasibnya.
Tak meyerah atas nikmatmu
Berikanlah ia tempat terbaik disisiMu. Amin. Amin. Amin. Ya Rabb.

Kamis, 16 Desember 2010

tak pernah ingin

Aku tak pernah ingin membuatmu bersedih Ibu jika aku disuruh memilih tentu aku akan memilih hal-hal yang membuatmu tersenyum. Kaulah harta yang paling berharga bagiku. Aku sangat beruntung ketika Allah menitipkan aku padamu. Kau menjagaku, menyayangiku, merawatku dengan seluruh waktu dan dayamu, tak pernah lelah meski kini kau telah memasuki usia senjamu.

Aku ingat suatu hari kita pernah bertengkar memang hanya beberapa detik sesudahnya aku menghabiskan waktu berjam-jam untuk menangis dikamar tanpa kusadari kau juga menangis dikamar lainnya yang membuat tangisku semakin menjadi adalah setelah berjam-jam yang menyiksa itu kau menghampiriku dan bilang "maafin mama yah" hal yang tak pernah kubayangkan, kau yang menghampiriku. Mulai hari itu aku berjanji untuk tidak lagi bertengkar denganmu.

Aku hanya ingin senyum diwajahmu ibu, menghilangkan kekhawatiran dihatimu tidak ada yang lain kuinginkan selain itu. jadi aku minta maaf jika aku sudah membuatmu bersedih akhir-akhir ini.

Aku sayang kamu, Ibu.