Jumat, 28 Januari 2011

I'm In Here

Langit kuputarkan sebuah lagu untukmu dari SIA - I am in here.




Can't you hear my call?
Are you coming to get me now?
I've been waiting for,
You to come rescue me,
I need you to hold,
All of the sadness I can not,
Living inside of me.


Meyedihkan dan sangat bodoh bukan? Menunggu dan berharap ada seseorang datang menyelamatkan. Aku menyadarinya langit... bukan... bukan... yang benar adalah aku mengakuinya bahwa itu adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Kupikir sejarah itulah yang membuatku seperti sekarang, sejarah yang selalu ku jadikan kambing hitam dan pemakluman bagi sikapku. hehehe... Sejarah yang malang menanggung semua kesalahan dari aku yang tak pernah berani menghadapi kenyataan.

Black dan Bayu pernah berkata padaku "kamu hanya sedang membangun tembok lebih tinggi untuk melindungi dirimu", aku menolak perkataan mereka saat itu dengan sangat bijak aku berkata pada mereka "apa yang terjadi adalah yang terbaik", aku mengamininya tapi aku tak pernah mempercayai kata-kataku buktinya jelas, pada kenyataannya aku membangun tembok yang lebih tinggi dan kuat untuk melindungi diriku. Sebenarnya aku takut menghadapi kenyataan di balik tembok itu, aku bisa membayangkannya ketika satu persatu batu tembok itu ku bongkar aku melihat wajah dari rasa sakit, penghianatan, ketidakpedulian, wajah dari sejarah (hal nyata yang pernah ada), kata-kata yang menyakitkan itu akan terus melayang-layang di kepalaku mengingat bahwa semua itu akan menghantui ku selamanya membuatku tak ingin melihatnya. aku tak punya hati yang luas untuk semua ini. Tapi aku lupa langit bahwa tembok itu juga membuatku berjarak pada cinta, kehangatan, kepercayaan, dan kebersamaan. Ketakutan akan sejarah dan ketakutan akan berulangnya sejarah membuat ku menolak semua itu, "cukup ini saja, cukup aku dengan diriku saja" tapi kini perasaan cukup itu berubah, kesendirian yang dulu membuatku aman sekarang menjadi tempat yang menakutkan.

Aku ketakutan dan di dalam tembok itu aku memeluk sebuah harapan konyol, bahwa akan ada seseorang yang menyelamatkanku dari semua ketakutan dan kesedihan ini, konyol bukan, sangat konyolkan langit. Bagaimana seseorang akan datang menyelamatkan jika aku menolak untuk mereka dekati? bagaimana seseorang akan menyelamatkan jika aku saja tidak mengakui ketakutanku? Bagaimana bisa seseorang mengerti dengan diamku? tidak bisa seperti itu, akulah yang harus membatu diriku sendiri untuk bisa keluar dari semua ini.

Hari ini aku sudah katakan pada diriku, bahwa aku tak bisa terus seperti ini, tak ingin terus memelihara kesedihan ini, tak ingin sendiri, akulah yang harus tumbuh menjadi kuat bukan sejarah itu. aku akan membongkar satu persatu tembok itu, menghadapinya, mengakuinya, membiarkan orang-orang yang mengasihiku membantuku untuk melewati semua ini. aku akan jujur dengan apa yang kurasakan sebenarnya tak ada lagi pengingkaran.

Dan untuk itu langit, aku akan pergi darimu sementara waktu karena kau tau kan kau lah tempat pelarian kecilku, kalau aku terus berlari padamu maka aku gak pernah belajar untuk menghadapi kenyataan.


Makasih langit untuk semua kisah. Aku mencintaimu, aku janji aku akan datang lagi dan bercerita tentang hari-hari ku. Doakan aku yah. ^-^

Kamis, 20 Januari 2011

Si Ceria

Satu malam saat aku menemukan sepi dan dingin, aku juga menemukanmu sedang ribut dengan malam. Air mukamu tetap sama, tetap ceria meski langit hitam warnanya. Cukup sudah kau membuat rasa iri ku kini jadi benci.

Aku  mendekatimu, mengambil duduk disebelahmu mencoba melihat apa yang kau lihat tapi aku tak menemukan apa-apa selain tawamu.

"apa yang kau sedihkan? kehilangan, keinginan yang tidak tercapai atau keadaan yang tidak sesuai harapan?" pertanyaanmu membuatku merasa bahwa perasaan ini adalah perasaan remah yang tidak seharusnya ada.

"hey aku tidak sedang meremahkan, aku hanya bertanya apa yang membuatmu sedih? saat hujan kau mengumpat karena kau mengganggapnya tidak datang pada saat yang tepat, saat matahari bersinar indah kau malah lari darinya. sekarang saat malam menghadirkan kedamaian kau malah...."

Aku memotong kata-katamu cepat "apa yang salah dengan merasa sedih?"

Kau tersenyum "tidak ada yang salah dengan merasa sedih, yang salah adalah selalu merasa sedih"

"jika itu yang memang aku rasakan!" bantahku

"berarti kau melewatkan banyak hal." ucapanmu membuatku kehabisan kata. "kau tau... aku tak punya banyak hal, terus berpikir banyak hal yang tak kupunya hanya akan membuatku tak melihat apa yang kupunya dan itu hanya akan membuat ku kehilangan banyak hal lagi"

...

"suatu hari ketika aku bangun pagi, duduk dipinggir kasur mencoba mengusir dingin, saat aku mau mengumpat pada pagi yang datang terlalu awal, aku dapat sms yang isinya 'selamat pagi, pagi ini aku beruntung aku masih bisa melihat pagi jadi aku bisa mengatakan ini padamu, aku sayang kamu' ada dua kata yang membuatku menyadari sesuatu 'beruntung' dan 'melihat'. aku melihat tanganku yang masih bisa kugunakan untuk menutup mulut saat menguap, aku melihat kakiku yang bisa kugerakan untuk menendang baju yang berserakan di lantai, aku masih bisa melihat mama dan adikku yang sedang ribut tentang sarapan pagi dari pintu kamar yang terbuka setengah, aku beruntung pagi itu aku terbangun dalam keadaan yang masih bisa melihat semua yang ada disekitarku. tapi itu hanya sebagian kecil keberuntunganku, telingaku yang masih bisa mendengar, tulangku yang masih bisa menopang badanku, paru-paruku yang berfungsi, jantung ku yang berdenyut, semua tentang fisiku, lalu kulihat rumah yang kujadikan tempatku berteduh, uang di dompetku, barang-barang yang kupunya dan banyak hal lain. aku tak bisa bilang kalau cuma beruntung, aku sangat beruntung"

...

"mulai saat itu aku berjanji, aku tak mau satu hal yang menyedihkan merusak satu hari ku, tapi aku maunya satu hal yang menyenangkan bisa bertahan dalam satu hari. aku tak mau menghitung kesedihan tapi aku akan menghitung kebahagiaan karena pada dasarnya hidup itu anugerah, mampu atau tidak mampu mataku melihat warna, hidup tetaplah anugerah. aku ingin menikmati setiap detiknya"


kamu menyelesaikan kata-katamu, dan aku menjadi sangat iri tapi kali ini iri yang membuatku ingin melihat hidup dengan cara yang lebih baik lagi. terimakasih sahabat.


untuk wanita perkasa terimakasih untuk 'there is something to share'-nya ya :D

Selasa, 18 Januari 2011

ah... aku iri

Katakan padaku darimana asal keceriaanmu? ah... aku iri, benar-benar iri.

Aku iri sekali melihatmu bisa seceria itu, berdansa dengan tawa dalam hujan, sedangkan aku disini merapatkan tubuhku pada dinding dingin, menghindari air yang jatuh dari talang, menunggu waktu dengan umpatan. Bagaimana bisa kau seceria itu? aku sudah kedinginan dari tadi tapi kau masih asik menari-nari. Aku ingat, kemarin kau hentikan langkahku yang sibuk menghindari cahaya, di atas sepeda yang buatku terlalu kecil untukmu, kau melepas tawa. apa kau sudah gila! celana pendek, kaos tak berlengan, sepeda dan matahari tepat di atas kepala!!! sungguh bukan kombinasi yang bagus buatku tapi bagaimana kau seceria itu?

Aku iri, benar-benar iri, bagaimana bisa kau memiliki ceria yang sama meski langit berbeda warna?

Rabu, 12 Januari 2011

Seseorang untuk mengingatkan

Aku terkadang lupa pada alasan kuat yang membuatku memulai sesuatu akibatnya adalah ditengah-tengah perjalanan aku selalu kebingungan, terus bertanya bagaimana aku bisa ada disana, membalikan badan dan mengulang langkah akan menjadi perjalalanan yang melelahkan.

Seorang sahabat pernah berkata padaku "kamu membutuhkan seseorang untuk mengingatkanmu". aku menunjukan raut wajah malas saat mendengarkan kata-katanya, dia tersenyum dan melanjutkan kata-katanya "ini bukan seperti menggantungkan diri pada orang lain, orang yang sangat percaya bahwa segala hal dapat hilang dalam satuan terkecil waktu sepertimu pasti tak akan mau melakukannya"

aku diam menunggu putaran katanya

"kamu tak akan pernah bisa melakukan perjalanan hidup jika hanya sendiri seperti halnya kesedihan yang tak akan mungkin kamu hadapi sendiri atau kebahagian yang tak akan ada artinya jika hanya kamu sendiri yang merasakannya, kamu membutuhkan orang lain dalam perjalanan hidupmu"

aku mencoba mengikuti pemikirannya

"jika itu mimpi fie, maka akan sangat menyenangkan rasanya jika kamu bagi dengan orang-orang yang ada didekatmu, bayangkan jika mimpimu menjadi bagian dari mimpi mereka juga?"

aku membayangkannya

"menyenangkan fie, bisa kau rasakan semangat yang berkali lipat, ketika kau lelah merekalah yang akan mengingatkanmu untuk terus berjalan karena ini juga mimpi mereka, karena ini juga kebahagiaan mereka"

ya sahabat kamu benar. pasti sangat menyenangkan rasanya. ingatkanlah aku selalu.

Selasa, 11 Januari 2011

tak akan memilih ikut menangis

"aku tak akan memilih untuk menangis bersamamu karena aku tak akan bisa membuatmu tersenyum jika aku sendiri menangis"

 Kalimat itu adalah kalimat kutipan tapi seperti biasa aku lupa pernah membacanya dimana atau mendengarnya dari siapa yang pasti kalimat itu menjadi aturan yang kuterapkan saat berhadapan dengan mu dan orang-orang yang kusayangi.

Sebagian orang yang ku kenal menganggap aku tidak bisa bersimpati apalagi berempati saat berhadapan dengan orang yang sedang dalam keadaan tidak baik dan sudah ku akui itu bahwa aku bukan teman bicara yang baik tapi aku hanya ingin meluruskannya, bukan sebagai pembenaran, aku hanya ingin kamu melihat dari sudut aku melihat.

"pendidikan mereka lebih tinggi dari aku, aku bukan apa-apa dibandingkan mereka, aku bukan siapa-siapa, aku bukan apa-apa" keluh seorang sahabat

"lalu?" jawabku

Pertayaanku pastinya terdengar aneh tapi aku gak akan menyuruhmu untuk sabar atau tenang  kalau kamu mau marah silahkan, nangis hingga pagipun akan ku temani, aku akan terus ada disitu sampai semua yang ada dihatimu menguap bersama udara. Setelah semua emosimu menguap kita akan berbincang mengenai hatimu tapi jangan berharap kata-kata bijak dariku mungkin kata-kata yang keluar adalah kata-kata sinis atau kata-kata yang tak memperdulikan perasaanmu tapi untuk kamu ketahui aku hanya ingin yang  terbaik buatmu.

"Lalu, kenapa kalau pendidikan mereka lebih tinggi? kalau kamu merasa tidak mampu pergi saja dari sana, jangan bertahan pada tempat yang tidak membuatmu bahagia, mudahkan, lalu kenapa kamu membikinnya rumit?, jangan bilang kalau kamu tidak punya pilihan lain lagi selain bertahan pada situasi itu, buatku kamu punya banyak pilihan hanya saja kamu tidak mau memilih" ucapku

ada jeda, aku tau kamu berharap aku mencoba mengerti perasaanmu dan mencoba meredakan emosimu dengan caramu tapi maaf sayang aku punya cara yang berbeda.

"kalau kamu dipandang tidak qualified dari awal mereka juga gak akan memilihmu untuk kerja disana, sekarang aku tanya siapa yang bicara kamu gak pantas disitu? pasti bukan orang yang mengulurkan tangan pertama kali dan bilang 'selamat, anda bergabung dengan kami', ya kan?, pasti orang-orang sirik dan gak penting, gak perlu kamu ambil pusing tentang mereka yang perlu kamu ingat adalah orang yang pertama kali mengulurkan tangan dan bilang selamat, dia melihat ada yang istimewa di kamu jadi gak ada alasan buat kamu untuk meragukkan dirimu sendiri. ketika ada orang lain yang percaya padamu dan melihatmu istimewa maka kamu juga harus percaya pada dirimu sendiri dan melihat dirimu istimewa juga. Jangan pernah mengecewakan orang-orang seperti ini untuk pikiran dan perasaan bodohmu"

dan

"jangan pernah kamu bilang kamu bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, Allah tak akan menciptakanmu untuk sebuah kesiaan karena setiap raga itu unik setiap jiwa itu istimewa. jangan kau ragukan itu"

Jumat, 07 Januari 2011

Tawaran manis

"Sofie Malini, Aku serius kalau kamu mau cerita apa saja, kapan saja, cerita yah aku siap mendengarkan. tapi satu syarat jangan setengah-setengah, aku bisa pusing kalau mendengarkan cerita setengah-setengah"


Love it, Thanks.

satu detik

Bukan sebuah pilihan menarik tapi mana yang akan kamu pilih jika kamu hanya punya satu detik.

"menjadikan satu detik itu ada dalam dimensi waktu dan ruang dan setelahnya tersiksa rindu pada satu detik itu seumur hidupmu"

atau

"membiarkan satu detik itu tetap sebagai keinginan usang dan tersiksa dengan pertanyaan 'andai saja' seumur hidupmu"


Jadi mana yang kamu pilih?


Sedang mencoba memahami kalimat "setidaknya kami pernah bersama, meski itu hanya satu detik"

Jadi?

"jadi?"

"sudahlah biarkan saja seperti ini"

"ini namanya mempermainkan hati?"

"lebih baik seperti ini, aku tak ingin menyeretnya dalam arusan perasaan yang tak menentuku, aku tak bisa memberikan kehidupan yang dia inginkan"

"tidak ada pilihan lain?"

"aku tak akan pernah memilih untuk bersembunyi dari semua mata dengan mencoba bertahan pada harapan bahwa mata-mata itu akan berubah menjadi hangat ketika melihat kami suatu saat nanti. aku tak kan pernah memilih bersembunyi, terihat atau tidak pernah ada sama sekali, itu saja pilihannya"

"kamu harus menjelaskannya?"

"dia tidak butuh penjelasan, cukup tau saja ini tak akan bisa dilanjutkan karena aku tak pernah ingin melawan darahku"

"kamu takutkan? karena saat menjelaskan padanya kamu juga harus menjelaskan perasaanmu, yang kamu rasakan sebenarnya, ini hanya akan membuat keadaan samakin sulit buat kamu! amputasi hati, tak pernah berharap satu detik jika seumur hidup kamu harus berhadapan dengan kenangan. Sadarlah hidup tak akan pernah jauh dari resiko."

... sunyi ...

Rabu, 05 Januari 2011

Aku dan Diriku

Apakah kamu mengenal dirimu sendiri dengan baik?

Buatku bukan hanya hidup yang merupakan teka-teki tetapi diriku juga merupakan teka-teki buat diriku sendiri. Aku bisa katakan bahwa aku tidak mengenal diriku dengan baik, aneh? tapi begitulah yang terjadi.  Jika menyurutkan waktu mencari apa penyebabnya aku hanya bisa bilang bahwa itu akan sangat percuma yang aku tau sekarang dalam waktu kurang lebih 3 tahun ini aku mulai berpikir untuk mengenali diriku sendiri, membuat daftar hal-hal yang kusuka dan tak kusuka, apa yang harus atau tidak boleh dilakukan, dan membuat batasan-batasan personal buat mereka yang bersentuhan denganku.

dari mana semuanya ini dimulai? 3 tahun yang lalu ada seorang sahabat yang bertanya "sof, kamu gak punya keinginan yah?" saat itu aku tertawa dengan pertanyaannya "ya adalah, kenapa kamu tanya gitu?" dia menjawab dan jawaban yang membuatku melihat sebuah kenyataan tentang diriku "kamu seperti orang yang tidak punya keinginan. anak-anak selalu ribut tentang beli bajulah, nonton atau jalan-jalan dan yang lainnya, tapi kamu, hampir satu setengah tahun aku mengenalmu tapi aku gak pernah sedikitpun dengar kamu ingin ini, ingin itu. gak pernah ngajak anak-anak kesana - sini, bahkan waktu makan siang ajah jawabanmu 'terserah aku ngikut ajah'."

Aku menolak apa yang dikatakan sahabat ku, aku mengenal diriku dengan baik buktinya aku tau bahwa aku adalah orang yang berorientasi pada kebutuhan, aku mempersiapkan diri untuk kebutuhan-kebutuhan yang harus dicapai dalam satu hari, satu tahun bahkan 3 tahun mendatang tapi ketika aku memikirkan kembali kata-katanya aku menemukan sebuah celah "apa yang kumaksud dengan kebutuhan? jika itu tentang makan bukankah itu harusnya menjadi bagian dari 'keharusan' bahwa aku harus makan untuk tetap hidup, makan akan menjadi 'kebutuhan' jika aku berpikir aku makan jeruk untuk mendapatkan vitamin c-nya biar tidak sariawan dan makan akan menjadi 'keinginan' jika aku menolak makan ayam yang sudah disediakan di meja makan dan memilih makan pizza di TP. jadi apakah aku mengenal diriku dengan baik?"

Aku sampai pada kesimpulan bahwa aku tidak mengenal diriku dengan baik. Ketika aku tidak bisa membedakan apa itu keharusan, kebutuhan dan keinginan maka tidak mengenal diriku dengan baik karena ketiga hal itulah yang membuat seseorang ingin bangun esok hari.

Lalu mengapa dulu aku selalu bangun keesokan harinya? sebelum berpikir tentang keharusan, keinginan, dan kebutuhan, disatu pagi aku menemukan diriku dengan banyak rencana ditangan dan berharap aku menyelesaikan hari itu dengan cepat. Biasanya aku tidak berpikir, aku hanya bergerak mengikuti waktu dan rencana, tapi setelah aku baca lagi rencana-rencana itu tidak ada satupun rencana yang benar-benar kubuat itu rencana-rencana orang lain yang harus ku ikuti dengan kata lain aku bergerak untuk memenuhi keharusan, kebutuhan dan keinginan lingkungan.

Lalu bagaimana dengan diriku sendiri? keharusan, kebutuhan dan keinginan ku? bukankah Tuhanku sudah berkata 'bahwa Dia tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka'. Tuhan memang memiliki rencana atas hidupku tapi Dia juga memberikan pilihan padaku untuk memilih hidupku sendiri. jadi mengapa aku hanya hidup untuk lingkunganku harusnya aku juga hidup untuk diriku sendiri?

Aku ingin hidup untuk diriku dan lingkunganku karena itulah pilihan yang terbaik. Jalannya adalah mengenal diriku sendiri dengan baik agar aku bisa mengenal lingkunganku lebih baik lagi.

Saat aku belajar tentang diriku, aku bisa merasakan bahwa hidupku lebih terasa hidup. aku bertemu orang-orang yang mengagumkan, aku bisa rasakan itu saat aku mengenal diriku dengan baik maka aku bisa mengenal mereka dengan lebih baik lagi. Saat ini aku menemukan lebih banyak warna dari yang pernah kupikirkan sebelumnya. Terimakasih untuk keluarga dan sahabat yang sudah bersedia memberitahuku seperti apa aku, baik dan buruknya.