Tampilkan postingan dengan label red story. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label red story. Tampilkan semua postingan

Rabu, 08 Desember 2010

Pewaris tak berdaya.

Pewaris tak berdaya.

Buang pikiranmu “SEPERTI APA ORANG TUA KITA MAKA SEPERTI ITULAH KITA”, jika itu hal baik tidak akan pernah jadi masalah tapi jika itu adalah hal buruk maka buang pikiranmu! Jangan jadi pewaris tak berdaya jangan kaupikir karena orang tuamu penjahat maka kau akan jadi penjahat, dan jangan pernah kau pikir semua anaknya pemuka agama itu pasti anak baik-baik dan akan jadi pemuka agama juga.

BUANG PIKIRANMU, JANGAN JADI PEWARIS TAK BERDAYA!

Benar memang jika kau debat aku dengan kenyataan bahwa setiap anak itu terlahir seperti kertas putih dan dia akan besar seperti apa yang lingkungnya tuliskan dikertas itu tapi itu hanya berlaku sebelum dia bisa menilai dan memilih.

DIA SEPERTI ITU KARENA LINGKUNGANYA SEPERTI ITU HANYA BERLAKU SEBELUM DIA BISA MENILAI DAN MEMILIH!

Ketika dia bisa menilai dan mempunyai kekuatan untuk memilih maka itu tak akan berlaku lagi. Lingkungan tidak mempunyai pengaruh besar atas tindakan negatifmu ketika kau memiliki kekuatan memilih. Kau “GOBLOK!!!” kalau kau bilang “orang tuaku melakukannya, lingkunganku juga, jadi gak salah kalau aku juga melakukannya”. Kau “GOBLOK!!!” dan kau “LEBIH GOBLOK!!!” lagi dengan alasan lingkungan, kau menghancurkan tubuhmu, hidupmu terlebih MASA DEPANMU!

Aku sudah pernah katakan padamu, KITA SELALU PUNYA PILIHAN LEBIH BAIK, KITA BISA MELAKUKAN SEGALA HAL DENGAN LEBIH BAIK DAN JIKA KAU TAK MENEMUKAN PILIHAN LEBIH BAIK MAKA BUATLAH PILIHAN LEBIH BAIK ITU!!!



JANGAN JADI PEWARIS TAK BERDAYA, JANGAN GOBLOK!!!

Kamis, 02 September 2010

Bagaimana bisa kau tak marah?

Bagaimana bisa kau tak marah? tanyanya
Aku marah sangat marah, tapi menunjukannya dengan caci maki bukanlah yang terbaik. Aku membenci perbuatannya tapi aku tak bisa membenci dia, karena dia adalah salah satu orang yang kusayang. Bagaimanapun pada akhirnya dihadapan Allah kami akan mempertanggung jawabkan ikatan kami.
Aku bisa bayangkan Allah bertanya padaku “Mengapa kamu tidak berbuat baik pada dia?”
Lalu ku jawab “karena dia telah berbuat tidak baik padaku, ini balasannya”
Kemudian Allah bertanya lagi padaku “ingatkah kamu, ketika kamu lemah dulu, ketika tanganmu belum mampu kau pergunakan secara sempurna, dan kau hanya bisa menangis, dialah yang berbuat baik padamu? Jika kau tak mengingatnya, apakah kau tak ingat padaKu? Bukankah dalam kitab dan seribu kisah manusia telah tertulis bahwa Keburukan sepatutnya dibalas dengan Kebaikan karena itu adalah perbuatan yang paling Ku cintai, karena dengan itulah kau akan menyelesaikan masalah bukan mewariskannya pada masa depan. Tidakkah kau percaya dengan kuasaKu? Aku akan selalu berbuat adil padamu, segala hak yang diambil darimu akan Kukembalikan padamu, tak akan ada yang terlewat walupun itu hanya serupa duri.”
Lalu apa yang harus kukatakan kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan semuanya. Aku tak akan punya kata lagi selain malu karena meragukanNya. Inilah mengapa aku tak menunjukan marahku dengan caci maki tapi dengan mengasihinya.

Membenci

Pernah kau membenci seseorang dengan sangat, hingga ada ucapan sampai matipun tak akan pernah kumaafkan? Siapa tak pernah sakit hati, tapi pilhan membenci seperti itu bukanlah hal yang paling tepat menurutku. Sebagian teman mengatakan “mudah fie untuk dikatakan tapi jika kau sudah merasakannya, kamu pasti berpikir lain”.
Aku tak mengatakan ini akan mudah karena ini tentang hati yang tersakiti, aku hanya ingin katakan akan selalu ada sisi baik dalam kejahatan dan akan selalu ada sisi jahat dalam kebaikan. Jika kau menemukan orang melakukan hal jahat terhadapmu berpikirlah tentang kebaikan orang itu jika kau tak menemukannya berpikirlah bahwa hal ini baik buatmu untuk lebih kuat dalam menjalani hidup, agar lebih berhati-hati dan tak melakukan hal yang sama pada orang lain.
Aku terus belajar untuk tidak membenci orangnya tapi membenci perbuatannya. Ini akan menjadi peringatan keras buatku untuk tak melakukan hal yang sama terhadap orang lain, jika aku memilih membenci orangnya akan selalu ada kemungkinan aku lupa dan berbuat sama pada orang lain. Aku tak inginkan itu.