Kau sahabatku yang selalu ada saat aku tak lagi mampu memahami tentang hidup. Setia menemani ku hingga dini hari dalam diam karena kau sangat tau aku cukup ditemani dan tak akan pernah berbicara tentang kekalutanku.
Kau adalah teman kuliahku. Kita mulai akrab saat dapat tugas dalam kelompok, bukannya mengerjakan makalah tapi kita serius membahas Dolly tempat prostitusi terbesar di asia tenggara, itulah awal persahabatan kita. Tak ada batas aku akan mengatakan apa saja saat aku tidak suka kamu juga seperti itu tanpa ada keinginan untuk merubah pandangan satu dengan yang lainnya. Kita nyaman dengan cara itu. Bioskop, Konser, Nongkrong, Kemah dan diatas sepada motor lawasmu kita menghabiskan waktu bersama. Tak pernah terpikirkan olehku kau akan lebih dari seorang sahabat.
Hingga suatu sore kau mengatakan cinta padaku. Maaf aku tak pernah mau kehilangan sahabatku terlebih sahabat sepertimu, jadi ku tawarkan dua pilihan padamu Teman atau Tak saling mengenal. Aku berjanji padamu tak akan nada yang berubah dari kita karena kata cinta yang telah terucapkan, kita tetap teman, kita tetap menghabiskan waktu bersama tapi jika kau terus memaksakan cintamu lebih baik kita tak saling mengenal. ‘Yah, aku mengerti’ katamu. Aku lega karena kamu mau memahaminya.
Tapi ternyata kau tak benar – benar mengerti, kau mencobanya lagi dan lagi, aku terus mengingatkanmu tetang persahabatan ini jangan mencampurkan adukannya hingga aku berada pada titik tidak nyaman dan hubungan kita mendingin. Tak ada lagi kita. Bioskop, Konser, Nongkrong, Kemah dan diatas sepada motor lawasmu kita tak lagi menghabiskan waktu bersama.
Aku rindu kamu sebagai sahabat. Ku harap kau benar-benar memahami ku.