Yang kuingat darinya adalah kesabarannya menghadapi ujian yang diberikan Allah padanya. Memoriku hanya merekam sedikit, pekerjaannya yang berpindah-pindah dan pekerjaan ayah yang juga berpindah-pindah membuatku tak banyak mengenal keluarga besar termasuk dirinya. Yang ku tau pasti dalam silsilah keluarga dia adalah Paman, suami dari kakak ibuku.
Aku baru mengetahui keadaanya beberapa bulan terakhir ini, Bibi tak pernah bercerita apapun, ketidakinginan untuk menyusahkan keluarga membuatnya menutupi apa yang terjadi sebenarnya, secara kebetulan Kakak sepupu mengetahuinya dan akhirnya mengabarkan kepada seluruh keluarga besar tentang keadaan mereka. Sedih awalnya tapi bersedih saja tak akan menghasilkan apa-apa kecuali air mata. Pilihan yang terbaik adalah menguatkan hati agar dapat memberikan semangat padanya untuk melawan penyakit yang menggrogoti fungsi normal tubuhnya. Melakukan yang bisa dilakukan itulah yang terbaik.
Aku belajar darinya meski keadaan berkebalikan dengan yang kita harapkan tidaklah perlu kita habiskan waktu dengan mengeluh terlebih menghujat Allah atas anugerahNya, lakukan sesuatu atas anugrah itu cukup sesuatu dan berjuanglah sampai akhir, apalah takdir dan nasib itu jika kita diberi kekuatan untuk memilih. Jangan meyerah.
Dan pagi ini, saat adzan subuh berkumandang aku mengantarkan kepergiaannya dengan doa.
Ya Allah, Dia telah berjuang atas nasibnya.
Tak meyerah atas nikmatmu
Berikanlah ia tempat terbaik disisiMu. Amin. Amin. Amin. Ya Rabb.
3 komentar:
Amien Ya Rob....semoga diberi tempat terbaik
Keep on writing moy
Turut berduka cita, Fie. Semoga almarhum diterima disisiNya dan keluarga yg ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan. Amin.
Makasih Yu, Makasih Ald, atas doanya. ^-^
Posting Komentar