Kamis, 18 Maret 2010

Kesendirian dan apa yang salah dengannya

entah kenapa hari ini terasa bener-bener sendiri, mungkin… karena ada yang mempertanyakan tentang kesendirian.
“ Bumi ini luas untuk di jelajah… beribu orang dengan beribu karakter bisa kau temui… diantaranya pasti ada yang menarik hatimu… “ semangatnya mengkotbahi ku menyadarkan aku tentang satu hal yang tak pernah ku hiraukan, Kesendirian.
ingin sekali kukatakan itu benar… t…a…p…I hati ini terlalu sempit untuk menyimpan seribu kisah, bahagia akan berdesak-desakan dengan luka yang akan menggenangi hari-harimu, dan itu untuk selamanya. ketika tak ada lagi tempat untuk bisa bernafas maka mimpi akan hanya membuat dadamu sesak dan mungkin kau akan terbunuh karenanya, apakah ini namanya apatis? mungkin juga terlalu lelah hingga membiarkan hidup yang menentukan pilihan.
“ apakah ini masih tentang Dia? “
Matanya mencari kepastian dari ketertegunanku
“ dia telah melepasmu, kenapa kau tak melepasnya juga? “ tanyanya lirih
Aku mengalihkan pandanganku, mencari ruang tuk bernafas. Apa yang salah dengan kesendirian, kuyakini hatiku baik-baik saja hanya saja apa yang kucari belum kutemukan.
“ aku belum menemukan seseorang yang kupahami dan memahami aku, kesendirianku bukan karena orang lain, aku yakin dia dan aku tak pernah bersama karena itulah yang terbaik, kenapa kamu terus berpikir bahwa aku masih menunggunya? “
“ karena kau tak pernah mengijikan orang lain untuk mengenal hatimu, setidaknya kau mencoba percaya untuk membagi segala rasamu bukannya membangun benteng lebih tinggi dari hari ke hari “ ucapnya lirih
Benarkah seperti itu, apakah aku sedang membangun benteng untuk melindungi hatiku… tidak…tidak…
“ Tidak, aku tidak lagi sedang membangun benteng, aku hanya dalam pencarian dan apakah kita harus mencoba segalanya untuk menemukan satu yang kita inginkan, tidakkah itu namanya mempermaikan hati? Jika dari awal aku tau tak mampu memberikan hatiku untuk apa aku mencoba karena hanya akan menyisakan luka, membuat kita menjadi orang yang berbeda dan membenci “
“ mungkin luka, tapi bukan duka dan waktu akan menyembuhkannya sedangkan benci akan mencair saat kita memilih untuk dewasa dan memahami bahwa Dia bukan yang terbaik yang akan membuat kita sempurna “
Saat itu Aku tak lagi menemukan kata, ucapannya memberi warna abu-abu di keyakinanku. Memoriku terus saja mengulang percakapan sore itu. Apakah benar waktu akan menyembuhkan luka dan benci akan mencair saat kita memilih untuk dewasa? Sebagian orang yang pernah kutemui menghabiskan waktu mereka dalam kebencian dan tetap sama meski waktu telah berlalu lama, sebagian lagi menghabiskan hidup mereka dalam kesedihan karena luka yang tak kunjung sembuh. Mungkin Dia benar? karena Aku pernah bertemu orang yang hari ini menangis tapi esok kembali tertawa, pernah bertemu mereka yang saling membenci tapi akhirnya kembali duduk bersama membagi kebahagiaan. Haruskah Aku mencoba seribu untuk angka satu? Karena ini bukan seperti mencoba bersepeda, karena ini tentang hati yang terekam memori.

0 komentar:

Posting Komentar