Tak peduli betapapun sakitnya kakiku karena kerikil atau kulit kerang, aku tetap senang lari bertelanjang kaki di pajak (red : pasar). Lari diantara papan-papan yang menjajakan kebutuhan sehari-hari, diantara nangboru-nangboru yang selalu memberiku uang Rp.250,- atau Rp.500,- saat aku membantu mereka mengupas sekeranjang bawang atau memetik seember cabe keriting dan senang berlari diantara ibu-ibu yang selalu mengeluh tentang harga barang yang mahal. Aku tak lagi peduli apapun kecuali hal yang di tanganku meski bajuku lusuh, meski bau tubuhku tak ada bedanya dengan ikan, daging atau ayam yang nangboru-nangboru itu jual (jika saja aku disejajarkan dengan barang dagangan mereka mungkin akan ada seseorang ibu yang membeliku), meski kakiku telah berwarna abu kehitaman karena tanah becek pajak tak kan ku pedulikan kecuali satu hal yaitu layang-layang ditanganku.
Layang-layang ya... layang-layang yang berwarna sama dengan bendera indonesiaku, merah putih, layang-layang yang ku beli atas keringatku sebagai buruh kecil di pajak, layang-layang selalu ku impikan untuk terbang ke awan. Layang-layang yang membuatku berlari menentang angin dan mengambil resiko tergores benang kaca. Layang-layang itu layang-layang yang membuatku tak memperdulikan apapun, yang membuatku mengambil resiko apa saja adalah layang-layang yang tak pernah bisa terbang ke awan.
Hari ini aku ingat, saat itu aku tak pernah membuatmu benar-benar terbang ke awan, sebentar saja kamu melayang lalu jatuh menghantam tanah. Kusalahkan angin yang tak bersahabat tapi hari ini ku akui sebenarnya tangankulah yang tak lihai menjaga kesimbanganmu.
Kuharap dimengerti, kuharap dipahami.
Layang-layang ya... layang-layang yang berwarna sama dengan bendera indonesiaku, merah putih, layang-layang yang ku beli atas keringatku sebagai buruh kecil di pajak, layang-layang selalu ku impikan untuk terbang ke awan. Layang-layang yang membuatku berlari menentang angin dan mengambil resiko tergores benang kaca. Layang-layang itu layang-layang yang membuatku tak memperdulikan apapun, yang membuatku mengambil resiko apa saja adalah layang-layang yang tak pernah bisa terbang ke awan.
Hari ini aku ingat, saat itu aku tak pernah membuatmu benar-benar terbang ke awan, sebentar saja kamu melayang lalu jatuh menghantam tanah. Kusalahkan angin yang tak bersahabat tapi hari ini ku akui sebenarnya tangankulah yang tak lihai menjaga kesimbanganmu.
Kuharap dimengerti, kuharap dipahami.
7 komentar:
??????
ya?
pantasan banyak layangan nyangkut di dekat tiang listrik pajak mahkamah, fie pelakunya yah? :)
hahaha si opie tau ajah... ah iya aku lupa yang biasanya manjat tiang listrik buat ngambil tuh layang-2 kan opie hahahaha :P
oleh2 kenalan cewek2 bandung dunk??
katanya geulis2 :)
hai Fie, dulu aku suka bgt main layangan di kebun kosong sblh rmh. susah bgt buat nerbangin layang2 ya, selalu kalah cepat sm tmn2 yg lain. kata papa, coba layangannya dikasih 'buntut' spy bs terbang tinggi. dan akhirnya beneran bs terbang tinggiiii, seneng bgt! :))
Ano : apah!!! oleh2 cwek bandung? emm... tak pikirin dulu deh hehhhh
Ald : sepertinya aku harus mencoba cara itu ^-^
Posting Komentar