“Tapi tetap saja ada bagian disini yang…”
Yessy melengkapi kata-katanya dengan gerakan menunjuk dadanya setelah itu diam dan aku melepaskan pandanganku darinya. Gambarnya kini berganti dengan orang-orang hilir mudik yang membuatku bertanya-tanya tentang keinginan besar yang mereka punya, telah terwujudkah? atau hasilnya tak sesuai dengan keinginan atau mungkin mereka belum menemukan jawabannya.
“Ya, sebanyak apapun kita meracuni pikiran kita dengan hal positif tak akan mampu menghilangkan bagian itukan? Kata-kata bijak seperti Tuhan punya rencana lain untuk kita atau inilah yang terbaik untuk kita dan bla bla bla lainnya tetap tak akan mampu…” aku kembali melihatnya “..menghilangkannya”.
Yessy menganguk “ya, apa yang salah? Apa yang kurang? Kurasa aku telah memberikan yang terbaik dari yang aku punya, aku benar-benar berusaha lalu mengapa tidak seperti yang diharapkan? Apakah belum cukup? Mengapa rasanya orang lain mudah saja mewujudkannya”
“Bukankah itu baik Yes? Perasaan yang tidak bisa menerima sesuatu (kegagalan) dengan begitu saja. Perasaan itulah yang akan membuat kita mengerti bahwa hidup bukan hanya hidup saja, yang akan membuat kita berusaha untuk terus lebih baik lagi - terus belajar dari kesalahan, perasaan yang akan membuat kita menghargai banyak hal dan tidak menyiakan waktu?”
…
“Aku rasa tidak ada yang bisa kita lakukan dengan perasaan itu hanya saja jika kamu masih memiliki keinginan yang sama berusahalah Yes hingga batas akhirmu”
* Aku masih memikirkan percakapan kami di malam ini, perasaan yang tidak bisa menerima sesuatu dengan begitu saja bukankah sejalan dengan "manusialah yang mampu merubah nasibnya sendiri"?