Jumat, 22 April 2011

Meng-akali

aku sedang duduk santai menikmati lagu accoustic bossa yang baru saja gila-gilaan ku download ketika kau datang dengan pertanyaan 

"apa batas manusia?"

aku melirikmu, berpikir sejenak... "em... menjadi Tuhan atau berpura-pura menjadi Tuhan"

"berarti hampir tidak ada yang tidak bisa kita lakukan selain hal yang kau ucapkan"

aku narik nafas lalu menjawab "terbang"

"eh... bukankah kau orang yang setuju bahwa takdir kita memang tak bersayap tapi kita masih bisa terbang  seperti burungkan dengan pesawat terbang atau paralayang, kita mungkin tak punya insang tapi kita masih bisa seperti ikan, menyelam?"

kau membuatku menarik nafas dalam, percakapan ini... "jangan lagi tentang takdir dan nasib!"

"ah bukan bukan" kau menggeser duduk mu mengarah padaku "kita bisa mengakali takdir"

aku menoleh padamu cepat, apa yang sedang kau pikirkan? "kau ingin mengakali Tuhan?"

"eh, gak mungkin itu, Dia sang pencipta. Kita terlahir dengan fisik terbatas tapi bukan otak kita ,bukan pikiran kita, bukan hati kita"

Kau mengakhir katamu dengan senyuman dan membuat ku khawatir, apa yang ingin kau lakukan?

3 komentar:

Anonim mengatakan...

Untukmu, Malaikat bermata biru bersayap perunggu
Bersama narasi ini ingin aku sampaikan kepadamu, perihal sebuah tempat yang kini menjadi sepi, dan sunyi menabur durinya di hampir setiap celah tempat ini. Sengaja kualamatkan surat ini kepadamu, Dan, aku masih berpikir bahwa cahayalah yang sanggup menawarkan racun dari kegelapan, walau aku masih tak mengerti, adakah cahaya tanpa kegelapan.

Anonim mengatakan...

any comment moy??

langkah fie mengatakan...

gak ada, kamu mau aku ngoment apa? lgi kram otak neh jangan di suruh mikir dulu yah ( _ . _ )"

Posting Komentar