Jika kau tanyakan padaku "apa rasanya ketika seseorang menaruh kebenaran dihadapanmu?" maka dengan cepat kujawab tidak menyenangkan meski itu adalah hal yang seharusnya.
Aku termasuk seorang yang tak pernah bersabar dengan kata dan tak tahan mendengar tangisan dan kupikir itulah yang paling benar karena tangis tak pernah menyelesaikan apapun, tapi ketika seseorang melakukan hal yang kulakukan terhadap diriku rasanya benar-benar menyebalkan.
Aku menghindari matanya, rasanya didalam sini tak lagi sekedar bercermin atau menelan kata-kataku sendiri tapi seperti diriku dihantam cermin dengan kerasnya dan dengan mata memerah aku memandangi pecahan cermin dengan refleksi yang tidak menyenangkan untuk dilihat.
"ku akui kau sangat pintar tapi anehnya kau bisa bodoh dalam waktu bersamaan. bagaimana bisa seseorang pintar menasehati orang lain tapi bodoh menasehati diri sendiri?"
Dia terus berbicara dan aku terus diam. "bukankah kau pernah menjelaskan padaku tentang kebutuhan dan keinginan. Diposismu saat ini "benar" adalah "kebutuhan" yang tidak sesuai dengan "keinginan"-mu. Kamu tidak akan bisa mengabaikannya, kamu tidak punya pilihan lain selain menerimanya itu jalan satu-satunya untuk menyelesaikan dan memulai yang baru. jangan berpura-pura bodoh dan tidak melihatnya"
Aku tak mampu menahan air mataku.
"takut adalah hal yang wajar fie, tapi hidup dalam ketakutan adalah ketidakwajaran"
Aku termasuk seorang yang tak pernah bersabar dengan kata dan tak tahan mendengar tangisan dan kupikir itulah yang paling benar karena tangis tak pernah menyelesaikan apapun, tapi ketika seseorang melakukan hal yang kulakukan terhadap diriku rasanya benar-benar menyebalkan.
Aku menghindari matanya, rasanya didalam sini tak lagi sekedar bercermin atau menelan kata-kataku sendiri tapi seperti diriku dihantam cermin dengan kerasnya dan dengan mata memerah aku memandangi pecahan cermin dengan refleksi yang tidak menyenangkan untuk dilihat.
"ku akui kau sangat pintar tapi anehnya kau bisa bodoh dalam waktu bersamaan. bagaimana bisa seseorang pintar menasehati orang lain tapi bodoh menasehati diri sendiri?"
Dia terus berbicara dan aku terus diam. "bukankah kau pernah menjelaskan padaku tentang kebutuhan dan keinginan. Diposismu saat ini "benar" adalah "kebutuhan" yang tidak sesuai dengan "keinginan"-mu. Kamu tidak akan bisa mengabaikannya, kamu tidak punya pilihan lain selain menerimanya itu jalan satu-satunya untuk menyelesaikan dan memulai yang baru. jangan berpura-pura bodoh dan tidak melihatnya"
Aku tak mampu menahan air mataku.
"takut adalah hal yang wajar fie, tapi hidup dalam ketakutan adalah ketidakwajaran"
2 komentar:
tidak ada salahnya mulai menyingsingkan lengan baju dan membasahi wajahmu dengan air mata tahajud..ketika kata2 sudah tidak berlaku lagi..
harusnya seperti itu opie
Posting Komentar