Itu sebuah jabat tangan yang membuat segala kemarahanku menghilangan. Jabat tangan yang mengikat yang diikuti tangis karena memori yang berulang. Entah karena perasaan bersalah yang membuncah atau karena hal lainnya yang tak berani kupikirkan. Manarik nafas dalam, memalingkan wajah, menyiapkan diri untuk melihat drama ini. Berkali-kali kukatakan pada diriku “sudahlah, ini yang terbaik” berkali-kali juga aku menggugatnya “mengapa aku tak boleh egois dengan memikirkan diriku sendiri sama seperti mu”. Sempat terpikirkan untuk ikut menghancurkannya biar sama-sama sakit tapi tidak aku tak akan mengikuti permainan ini. Boleh saja dunia tak mencintaiku tapi jika aku tidak mencintai diriku sendiri itu keterlaluan namanya. Aku akan menjaga diriku sendiri, kau boleh menghancurkan apapun tapi tidak hidupku. Aku akan melangkah berbelok dari arahmu hingga saat kita bertemu kembali seperti saat ini kau akan lihat aku baik - baik saja tanpamu dan ternyata bukan hanya aku baik-baik saja tanpamu tapi aku lebih baik darimu.
2022: Slightly Romantic Comedy
-
Here come the end of year so let me write and bit contemplate. I started
this year by defending my diploma thesis and got excellent result (Yeay!).
I was...
1 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar