Hotel, Kamis 20 Mei 2010
Kamu menunduk, setelah obrolan panjang kita. Suara lirihmu masih bisa kudengar jelas setiap katanya karena aksen batakmu yang lugas.
“sombong sekali aku”
Aku bisa memahaminya sahabat karena itu manusiawi.
“kata sombong bukan hanya berkaitan dengan penghargaan, kekayaan atau kepintaran yang kita punya. Masalahpun bisa menjadikan kita orang yang sombong. Terkadang kita merasa masalah kita yang paling berat, orang lain tak akan mampu memahaminya karena hidup mereka lebih baik daripada kita. Hingga ada ucapan sinis ‘tau apa kamu tentang hidup?’, saat mereka mencoba membantu kita dengan keras kita berkata ‘kamu gak akan ngerti!’. Dan semua itu diperparah saat kita melihat mereka menangis untuk sesuatu yang tidak penting menurut kita, ‘Cuma masalah seperti itu saja kamu nangis, kalo kamu ngerasaain apa yang aku alami mungkin kamu dah bunuh diri’
Kamu masih menunduk membuatku merasa sedang menghakimimu.
“aku gak mengguruimu, terkadang aku masih merasakan hal yang sama. Tapi setiap kali merasa tidak baik aku coba untuk melihat dari sudut yang berbeda”
Kamu menoleh kearahku, bisa kulihat jejak air dipipimu.
“gak, kamu benar. Harusnya aku melihat dari sudut yang berbeda”
Aku tersenyum bukan karena aku benar tapi karena kamu mencoba untuk memahami pendapatku. Aku kembali melanjutkan kata-kataku
“yang terlihat terkadang bukan yang sesungguhnya. Kamu mungkin melihat temanmu bersendagurau, tertawa terbahak-bahak seperi tak ada beban dalam hidup mereka tapi siapa yang tau apa yang mereka simpan dalam hati. Sama seperti aku melihat kamu kalo kamu gak cerita apa yang menjadi beban dihati kamu mungkin selamanya aku berpikir kamu baik-baik saja. Sebelum kamu tau kesusahan hati mereka gak pantas kamu bilang ‘mereka tak akan mengerti karena meraka lebih beruntung daripadaku’.”
Aku menunggumu bereaksi.
“seperti katamu fie, aku punya makanan sedangkan kamu punya minuman. Tapi aku tak membutuhkan makanan itu karena aku haus bukan lapar dan kamu tak membutuhkan minuman itu karena kamu lapar bukan haus. Pada dasarnya masalah kita sama hanya apa yang kita butuhkan berbeda, tak bisa aku bilang makanan lebih penting dari minuman atau sebaliknya karena itu sama pentingnya buatmu dan buatku”
“esensinya sama, hanya cerita yang membalutnya berbeda. Dan terkadang kita tidak melihat itu karena kesombongan kita”
2022: Slightly Romantic Comedy
-
Here come the end of year so let me write and bit contemplate. I started
this year by defending my diploma thesis and got excellent result (Yeay!).
I was...
1 tahun yang lalu
3 komentar:
Suka dg tulisan ini. Jadi inget, dulu jaman kuliah ada teman yg bilang, "Elo enak, masalah lo ga seberat masalah gw nihh.." Setelah baca tulisanmu ini baru sadar, bahwa temanku itu sama saja menyombongkan dirinya sendiri ya.. :)
kita terkadang seperti itu juga.
"."
Hihihi. Iyaaa.. :)
Posting Komentar