Jumat, 12 November 2010

Kesedihan Teman Kebahagian

Jika kau pernah melihat film Tentang Dia, kau mungkin mengenal kalimat ini “kesedihan tak akan pernah membiarkan kebahagiaan datang sendirian, padahal kita tak pernah punya cukup persediaan untuk menjamunya bersamaan”

Tapi itulah hidup, silih berganti dalam hitungan detik atau mungkin persekian detik. Seperti saat ku lihat rona pipi memerah bahagia seorang sahabat dihari pernikahannya saat itu juga aku mendengar kabar seorang sahabat hati lainnya menangis di ujung hari untuk ayahnya yang terbaring di rumah sakit atau seperti saat ku dendangkan lagu betapa indahnya dunia pada bayi mungil yang masih merah dalam gendongan ibunya saat itu juga telepon ku berdering mengabarkan seorang ibu sahabat telah berpulang.

Aku selalu merasa aneh dengan perasaan yang berhimpit-himpit ini, sudah pernah kukatakan pada diriku bahwa hati ini terlalu sempit untuk seribu kisah, bahagia akan berdesak-desakan dengan kesedihan yang akan menggenangi hari-harimu jika kau tak cukup kuat maka dadamu akan terasa sesak tapi aku sadar sepenuhnya bahwa kesedihan harus ada agar aku dapat mengenali kebahagian tapi tetap saja aku selalu kebingungan jika dihadapkan pada keduanya. pertanyaan yang selalu mengambang di pikiranku adalah "bagaimana aku harus bereaksi?" dan ini sukses menjalar di setiap sisi hidupku. jadi jangan heran jika aku bisa duduk diam di satu sudut melihat sahabat hati sedang menangis di sudut lain, bukan karena aku tak peduli tapi aku kikuk dengan segala perasaan yang membuncah seperti itu.
 
"let it flow fie!" ucap seorang sahabat saat melihat keteganganku. aku tak bisa, aku sudah mencoba, kekhawatiranku berlipat dan menjadi sangat tidak tenang jika kulakukan itu, jika sudah seperti ini aku hanya bisa menyalahkan fungsi otak kiri yang terlalu dominan. pernah aku mengikuti sebuah quiz dan aku menyadari "mengapa?" jika itu berhubungan dengan diriku sendiri tapi jika itu berhubungan dengan orang-orang yang kukasih aku tak tau "mengapa", sudah ku akui itu bahwa aku bukan teman bicara yang baik.
 
Lihatlah aku mampu menjelaskannya pada diriku sendiri dengan baik, harusnya perkara hati ini selesai, tapi tetap saja area abu-abu itu muncul, pertanyaan terbolak-balik menggantung "bagaimana aku bahagia saat melihat teman ku sedih" atau sebaliknya jika aku memilih salah satunya maka terasa aku tidak peduli pada satu yang lain. aku berandai, jika kesedihan dan kebahagian datang silih berganti dan aku bisa menuntaskan salah satu perasaan itu terlebih dahulu tidak secara bersamaan atau hampir bersamaan, maka ini akan menjadi sangat mudah rasanya.

buatku tidak seharusnya kesedihan menjadi teman kebahagiaan meski salah satunya ada karena yang lainnya ada.

buat sahabat hati yang bersuka cita dan berduka, yang kalian harus tau, aku mencintai kalian dengan dengan segenap hatiku maaf jika reaksiku tak seperti yang kalian harapkan.

0 komentar:

Posting Komentar